Jumat, 15 November 2013

Studio Visit : Jumaldi Alfi

Yogyakarta, Senin 4 November 2013

Hari itu, Nala project manager program residensi di Nafas mengajak kami untuk berkunjung ke studio Jumaldi Alfi. Beliau merupakan seniman asal Padang yang menetap dan namanya cukup dikenal di dunia senirupa Indonesia, umurnya masih tergolong muda, kamipun memanggilnya abang bukan bapak ketika bertemu di SARANG salah satu galeri, studio dan tempat alternatif kegiatan dibidang seni yang dibuatnya. Saya pertama mengenal beliau ketika anak bungsunya mengadopsi salah satu Mogus yang dipamerkan di Kedai Kebun Forum Yogyakarta tahun lalu.

Seperti biasanya, awal perbincangan diawali dengan perkenalan kami sebagai seniman residensi, dan kemudian dilanjut dengan beberapa pertanyaan yang ingin diajukan. Bang Jumadi Alfipun dengan santai, diiringi isapan rokok mulai menceritakan pengalaman berkeseniannya selama ini.

Beliau bercerita bahwa menjadi seniman adalah salah satu pilihan hidupnya semasa kecil. Ketika itu Jumaldi Alfi kecil bertemu dan melihat kehidupan dari sesosok seniman yang kebetulan adalah tetangganya. Hidupnya terlihat santai dan sangat dinikmati, berkarya, berkebun, nogkrong, ibadah, semua dijalankan dengan suka cita. Keinginan menggapai cita-citanya dia kejar dengan bersekolah di SMSR, kemudian dilanjutkan di ISI Jogja jurusan Seni Lukis.

Perjalanan Jumaldi Alfi tidak semulus yang diharapkan, dan begitulah hidup sepertinya, banyak godaan, cobaan dan jalan yang tidak mulus seperti yang diharapkan, sempat beliau mengalami kejenuhan, tapi tekadnya untuk menjadi seniman dunia tetap dia jaga. Menjaga semangat berkesenian akhirnya  beliau dapat ketika melihat pengalaman salah satu teman seangkatannya dikuliah. Bang Alfi bercerita bahwa temannya yang beliau sebut ketika masuk kuliah tidak mempunyai skill yang baik di bidang seni, beberapa waktu kemudian skill keseniannya ternyata melebihi teman-teman lainnya karena rajin dan tekun dalam belajar. Kesimpulan dan inti yang beliau dapat adalah semua manusia jika mempunyai cita-cita dan mau usaha maka dia akan mendapatkannya. Beliau juga berkata kepada kami bagaimana kita harus menjadikan kekurangan menjadi kelebihan. Mempergunakan kesempatan yang datang dengan baik, bersiasat, mempunyai taktik dan sistem yang akhirnya dapat mempertahankan kita di dunia yang dicintai. 

Kebesarannya dalam dunia seni rupa ini pun saya sadari karena silaturahmi yang beliau bangun dengan baik. Bang Alfi pernah membuat komunitas Jendela bersama lima teman lainnya yang berasal dari Padang, dimana dia bisa share kekaryaan dan saling mensuport agar terus berkembang dan lebih maju, kepeduliannya sebagai putra rantau tidak bisa hilang untuk membantu saudara-saudauranya sedaerah. Itulah yang membuat saya kagum. Beliau mengatakan Seni Rupa Kontemporer yang  dia maksud bukan hanya seni yang bersifat objek, seperti artefak lukisan, atau patung yang kita lihat, akan tetapi proses dalam berkomunitas, membuat studio SARANG, membuat acara tentang senipun menjadi bagian dari berkeseniannya.

Satu hal lagi yang saya pelajari dari Bang Alfi. Karya yang menurut dia baik dan sukai itu tidak terlihat jelas dan langsung dapat dimengerti ketika melihat untuk pertama kalinya. Berharganya suatu karya bisa karena dia menyimpan sejarah dan cerita yang ada didalamnya, dan ketika dapat memahami dan mengetahui makna yang terkandung, maka kita akan tahu, betapa bernilainya suatu karya. Sambil melanjutkan cerita tentang karyanya seri Papan Tulis..

 

Studio SARANG


Pendopo SARANG

 

Beberapa Lukisan Pa Jumadi Alfi yang dipajang di SARANG


Susana SARANG lantai atas


Yono Mogus dan Jumaldi Alfi


Jumaldi Alfi, Hirzaq, Meor, Mulyana

Foto By Mulyana 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar