Rabu, 30 Oktober 2013

Teman Residensi di NAFAS

Waktu cepat berlalu, minggu ini, 27 Oktober 2013 akhirnya saya dapat bertemu dengan teman-teman seniman residensi dari Malaysia. Mereka adalah Hirzaq Harris (Ah Loong) dan Meor Saefulah Lulaed. Program Residensi untuk seniman dari luar Indonesia hanya 1 bulan, dan seniman residensi lokal seperti saya adalah 3 bulan.



Mba Devi, Ah Loong, Meor and Me


Foto by Saksi Satria Wiguna

Sabtu, 26 Oktober 2013

Exhibition : BANDUNG CONTEMPORARY

 

BANDUNG CONTEMPORARY merupakan salah satu rangkaian Pameran Bersama dan Tunggal yang diadakan di beberapa Galeri yang ada di Bandung. Pameran ini diikuti oleh 35 Seniman dan 3 Kurator Muda Bandung dan akan berlangsung dari tanggal 22 Oktober 2013 sampai dengan 12 November 2013. Saya merupakan salah satu seniman yang ikut serta dalam pameran ini.

Saya mendapat space di Lawang Wangi Creative Space dan Chabib Duta H sebagai kuratornya. Ini adalah Pameran pertama saya di tahun 2013. Setahun belakangan ini saya memang sedang sibuk dan belajar berwiraswasta mengelola rumah makan di Bandung Selatan. Jadi untuk membuat karya baru, saya belum bisa fokus, dan banyak pameran tahun ini yang saya lewatkan begitu saja.

Sebenarnya untuk pameran ini saya berencana membuat karya baru dengan judul 'The Mogus and Any Possibilities' dimana saya membuat merchandise dari salah satu karakter The Mogus yang saya buat. Berhubung saya residensi di Jogja maka pengerjaan pun tidak terkontrol karena beberapa diantaranya memang saya pesan ke teman-teman saya. Seminggu sebelum acara, ternyata barang barang yang saya pesan belum kelar juga, maka Chabib yang menjadi kurator meminta saya untuk memamerkan karya lama. Akhirnya Mogus World pun dipamerkan kembali.

Pada Pameran yang kali ini yang membuat berbeda adalah para seniman yang ikut tidak hanya memamerkan karya, akan tetapi mencoba belajar menulis dengan mengkurasi atau memberi pendapat tentang karya salah satu seniman lain yang ikut dalam pameran ini. Saya akhirnya terpilih untuk menulis karya Patriot Mukmin, sedangkan yang mengkurasi karya saya pribadi adalah Agugn.

Untuk lebih jelasnya teman-teman bisa langsung cek webnya disini .


M Ady Nugeraha merupakan Project Manager dari Program ini. Dibuka oleh Bp. A. D. Pirous yang menjadi salah satu Dewan Penasehat. Pembukaan Pameran diadakan di Selasar Sunaryo. Selasa 22 Oktober 2013 Pkl 19.00 WIB. Dimeriahkan oleh Tentangga Pak Gesang.

 

My artwork : Mogus World


Karya Agugn


Karya M. Zico Albaiquni

 

Karya Rega Ayundya P

 

Karya Wastuwidyawan


Karya Kireina Windiah

 

Karya Tandya Rachmat


Saya diantara para Seniman dan Kurator Bandung



 Karya Patriot Mukmin
 
Ini adalah tulisan yang saya buat untuk karya teman saya Patriot Mukmin :
Saya mengenal Majong sapaan akrab  Patriot Mukmin sudah cukup lama walaupun tidak intens bertemu karena selain berbeda kampus, jurusan atau bidang seni yang kita pilih berbeda, sehingga sangat kecil kemungkinan untuk pameran bersama. Jurusan yang dia pilih dan tekuni adalah seni lukis, sehingga karya yang dibuatnya pun tidak lepas dari lukisan 2 dimensi dengan cat minyak dan kanvas sebahai bahan andalannya. Belum lama ini Majong menyelesaikan program Master Seni di kampus yang sama.

Majong  bercerita lukisan yang saya kenal atau kebanyakan orang awam pahami adalah benda dua dimensi berupa sebidang kanvas bergambar dipasangi spantram, dibingkai dan dapat dipajang di dinding. Mungkin itu yang membuatnya gelisah dan memutuskan mencoba membuat konsep dengan mengangkat kembali gagasa tentang seni lukis yang kritis terhadap medium. Dia ingin mengungkapkan bahwa seni lukis adalah benda juga.

Beberapa karya yang dipamerkan Patriot Mukmin  pada pameran bersama Bandung Contemporary ini merupakan bagian dari tugas akhir program masternya. Tema yang diangkat adalah tentang lukisan itu sendiri. Majong membuat karya lukisan yang hanya dapat dilihat oleh pandangan dengan posisi terterntu. Mengandalkan kekuatan mata dan ilusi optik sehingga terlihat lebih menarik. Awalnya dia membuat potongan kayu panjang yang dilapis kanvas, kemudian dia  menggambar objek pada kedua sisi kayu dengan gambar berbeda sesuai arah pandangan yang dia abadikan sebelumnya di selembar foto, disusun kembali sehingga membentuk satu objek seperti bingkai yang didalamnya terdapat susunan bingkai seperti pagar. Sudut prespektif yang ditampikan pada objek gambar disesuaikan dengan pandangan mata sehingga menghasilkan objek yang seolah-olah hidup atau berbentuk tiga dimensi.Objek lukisannya tidak lagi disimpan secara umum, akan tetapi dipasang mengikuti benda yang mendukung objek lukisan tersebut, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Karena jika dipisah maknanya mungkin akan berbeda, seperti contoh objek lukisan dengan pemandangan alat dan bahan cat ditempatkan bersama kanvas.
 

Jumat, 25 Oktober 2013

Studio Visit : thedeo MIXBLOOD

Kamis, 24 Oktober 2013 saya berkunjung ke studio thedeo MIXBLOOD di daerah Imogiri Yogyakarta. R. Bonar Senan D. Putro yang akrab disapa Otong dari Solo dan Fahla Fadhillah Lotan (Dilla) dari Bandung adalah founder dari artis grup independent ini. Aktif sejak tahun 2011, thedeo MIXBLOOD membuat project karya kolaborasi yang sangat menarik dengan basic teknik yang mereka sebut sebagai ekperimental custom toys. 

Kesan pertama melihat beberapa karya thedeo MIXBLOOD adalah detail, kontruksi, serta imajinasi bentuk yang lahir dari dua orang yang masing-masing berlatar belakang pendidikan dan kesukaan berbeda dapat menghasilkan karya yang kompleks dan menarik. Mas Otong adalah lulusan seni lukis ISI dan pernah duduk di bangku STM pembangunan sedangkan Dilla adalah penyuka fashion dan sekarang masih menjadi mahasiswi aktif di jurusan photography ISI. Kolaborasi dua seniman ini akhirnya memperkarya mereka dalam mengeksplorasi karya-karyanya. 

Bahan yang mereka pakai ternyata beberapa dari bahan mainan bekas yang tidak terpakai, atau sumbangan dari temen-teman dan orang-orang yang tertarik dengan project thedeo MIXBLOOD lakukan. Mainan tersebut dimutilasi menjadi beberapa bagian dan dipasang kembali menjadi spesies baru dengan contoh foto karya yang ada dibawah tulisan ini. Kemudian mereka mix dengan kain flanel, benang, mote, dan berbagai macam aksesoris lainnya dengan teknik menjahit, menempel, dan menyambung sebagai andalannya.

Tema atau konsep yang diangkat lebih ke personal, mengikuti kondisi mereka. Kamu akan merasakan bagaimana karya mereka hidup karena karakter yang dibangun dengan sepenuh hati. "Mencari Masalah" itu yang mereka bilang kepadaku agar tidak stuck dalam berkarya dan jenuh dengan media serta bahan yang kita kerjakan.




Suasana Kosan yang menjadi studio thedeo MIXBLOOD dan Mas Otong berkarya


Mas Otong yang sedang menjelaskan tentang salah satu karya thedeo MIXBLOOD yang belum kelar. Beberapa lukisan yang menempel di tembok adalah contoh karyanya.

 

Beberapa karya thedeo MIXBLOOD yang super duper warnanya.


Salah satu karya yang masih dalam proses, karena karya thedeo MIXBLOOD beberapa diantaranya ada yang menggunakan media mekanik sehingga dapat bergerak.


Di Studio ini banyak sekali tumpukan mainan sebagai bahan dasar dari karya.


Detail karya thedeo MIXBLOOD


"Did You Remember Me Neil Amstrong?"


Yono Mogus dan beberapa karya thedeo MIXBLOOD


Detail karya thedeo MIXBLOOD tampak belakang


Dilla, Yono Mogus dan Mas Otong

Foto by Mulyana
Artistik by thedeo MIXBLOOD

Blognya thedeo MIXBLOOD bisa dicek disini

Rabu, 16 Oktober 2013

Plush Doll : Tulang Ikan

Setahun lebih yang lalu, ketika saya residensi di Kedai Kebun Forum Yogyakarta, saya mendapat pesanan dari Mba Wina yang ingin dibuatkan boneka oleh saya. Akhirnya hari itu tiba, dan saya pun dapat menyelesaikan, haha... Boneka ini saya buat dengan media kain bulu, kain planel dan dakron. Ternyata memakai kain felt kurang bagus untuk ukuran besar, apalagi kalau sudah dicuci, karena bisa berbulu. Saran saya kalau teman membuat boneka besar pilih kain lain, untuk aksesoris seperti mata dan mulut masih bisa kita gunakan kain planel ini, karena menarik dan banyak pilihan warnanya. Nah untuk terlihat lebih terang dan tekstur kain yang keras, teman-teman bisa bakar menggunakan api kecil. Itu yang diajarkan teman saya thedeo MIXBLOOD dan berhasil. Selamat mencoba. :)


 Boneka Tulang Ikan tampak keseluruhan.


Detail Boneka, untuk mata dan mulut saya menggunakan teknik tusuk feston. Pola tulang ikan saya gunakan teknik jelujur untuk menyatukannya dengan kain bulu.

Foto by Mulyana

Yogyakarta : Pantai Sundak

Pantai adalah bagian alam ciptaan Tuhan yang saya suka. Tiupan angin, suara ombak, bau pasir membuat otak ini merasa tenang. Kadang menjadi tempat cuci mata, hehe :P. Sundak merupakan salah satu pantai di daerah Gunung Kidul. Ini adalah kedua kalinya saya berkunjung ke tempat ini. Saya ditemani teman, sahabat, sekaligus ibu tiri saya Palupi dan teman di Tobucil Mba Theo si Perempuan Sore. Kebersihannya masih terjaga, mungkin itu yang membuat saya merasa nyaman dan betah berlama-lama. Semoga pantai ini selalu indah dan pada suatu hari nanti saya tidak perlu merindukan keindahan dan kebersihannya disebabkan tangan manusia yang tidak sadar lingkungan. I Wish...


Pasirnya putih dan bersih

 

Sore itu di Pantai Sundak...


Saya menikmati keindahan peristiwa alam yang jarang terlihat di kota saya tinggal Bandung, terbenamnya matahari diantara lautan dan langit yang menjadi batasnya. Terima kasih Tuhan..

Foto by Mulyana

Yogyakarta : Kuliner : Peacock

Peacock Coffee di daerah Monjali ini merupakan salah satu tempat favorite saya di Yogya. Selain menawarkan berbagai macam minuman segar dan panas, tersedia makanan ringan seperti apple pie, schotel, pasta dan cake lainnya dengan harga terjangkau. Tempatnya nyaman untuk santai atau nongkrong bersama teman-teman. Tapi saya biasanya memilih untuk pergi sendiri di pagi hari menjelang siang, karena masih sepi pengunjung. Kalau lagi iseng merajut dan nyeket gambar bisa sambil online, karena wifi tersedia disini, tinggal minta passsword kekasirnya. Cobain deh, I like Green Tea and Pasta Tuna :)


Peacock berada di daerah Jl. Am Sangaji Yogyakarta


Dapurnya sederhana, menunya kamu bisa langsung liat di tembok


Hari ini saya mencoba memesan Banana Cake seharga Rp.9900 dan Carmelito Rp. 16.900


Suasana indoor Peacock Cofee yang menyatu dengan Hotel Mustokoweni


Ini Pasta Tuna yang saya suka


 Foto by Mulyana


Senin, 07 Oktober 2013

Yogyakarta : Kuliner : Kopi Klinik

Malam minggu lalu saya diajak oleh teman saya Mirna ke Kopi Klinik yang terdapat di daerah Gejayan Yogyakarta. Kebetulan hari itu suaminya Mas Jaya menjadi chef untuk memasak makanan dengan menggunakan olahan kopi sebagai bagian dari menu yang akan dihidangkan yaitu Bajawa Espresso Spicy Chili

"Kopi Klinik hanya buka 5 jam dalam sehari, mulai dari jam 5 sore sampai 10 malam, semua dikondisikan oleh pengunjung. Paling lama jam 11 atau 12 karena paginya saya bekerja. Hari minggu libur" ucap mas Pepeng menjawab pertanyaan saya sambil membuatkan kopi untuk para pelanggannya. 

 

Display kopinya sederhana, hanya dimasukan dalam toples, dikasih nama sesuai daerah penghasilnya, dan dipajang diatas meja berjejeran, sehingga penikmat kopi bisa memilih kopi kesukaannya.

 

Mas Pepeng sedang mempersiapkan kopinya. Kalau kamu melihat mukanya, inget aja artis Pepeng yang terkenal dengan acara kuisnya "jari jari....".
 

Mas Jaya sedang mempersiapkan makanannya

 

Jeruk dan Saledri merupakan salah satu kondimen/ bahan yang dipakai.


Ini adalah kopi pesanan saya :) . Bagi kamu penikmat coffee, Kopi Klinik bisa menjadi tempat alternatif yang oke untuk nongkrong sambil ngopi. Terima kasih Mas Pepeng untuk kopinya dan Mas Jaya untuk makanannya yang ma'nyos.

Foto by Mulyana

Yogyakarta : Taman Sari : Part 2

Kunjungan ke Taman Sari saya lanjutkan pada hari sabtu pagi. Karena weekend, banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat ini perorangan atau kelompok. Harga tiket masuk pada saat itu sebesar Rp. 4000. Belum termasuk Guide. Karena sehari sebelumnya saya sudah sedikit mencari keterangan tentang tempat ini di mbah Google. Saya memilih untuk berjalan sendiri karena niatnya hanya ingin mengambil foto Yono Mogus untuk keperluan postingan blog ini.

 

Awal masuk gerbang pemandian kamu akan menemukan dua buah bangunan ini, saya kira ini zaman dahulunya dipakai untuk para penjaga.


Menyatu dengan gerbang masuk pemandian depan, ada 2 sosok patung naga yang saling berhadapan. Karena saya bergerak di bidang seni, saya tertarik dengan alasan kenapa mereka memakai simbol naga ini sebagai hiasan.


Yono Mogus dan Patung Naga

 
Kalau diperhatikan, ornamen yang dipakai di gerbang atas ini terdiri dari suluran tumbuhan dansejenis unggas.

 
Ini adalah suasana pemandian depan. Terdiri dari 2 kolam yang cukup luas.


Patung Kepala Naga menjadi aksesoris tempat air mengalir


Ini adalah foto didalam ruangan pambatas antara pemandian utama yang terdiri dari 2 kolam  dan kolam belakang, perpaduan antara ornament khas Islam berupa suluran, garis yang membentuk seperti kubah dan ornamet khas Hindu seperti naga dan karater buta melekat di tempat ini.


Yono Mogus sedang berteduh


suasana kolam pemandian kedua, selain dihiasi pot-pot besar disekelilingnya, di tiap pojokan terdapat bekas kandang burung.


Kemegahan dan keindahan arsitektur bisa kita lihat disini


Setelah musibah bencana gempa yang terjadi di tahun 2006 silam, banyak bangunan di Taman Sari ini yang mengalami kerusakan, sehingga perbaikan yang dilakukan kadang sangat terlihat perbedaannya dibanding dengan bangunan aslinya.


Ini salah satu spot tempat favorit foto para pengunjung, konon dahulu ini adalah masjid. Keunikan dari bentukan pintu keluar masuk jalan dibuat pendek, sehingga kita harus menunduk untuk melewatinya. Kalau kamu berkesempatan ke Jogja, tidak salahnya untuk berkunjung ke tempat ini dan rasakan pengalaman jalan-jalan di bangunan bawah tanah.Enjoy Yogyakarta.

 Foto by Mulyana